Jujur, saya memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap buku ini. Mungkin karena teman saya bilang buku ini bagus dan karena temanya tentang global warming dan berbau-bau sains, saya jadi semangat banget pengen baca. Ternyata hasilnya... satu bintang.
Kenapa saya tega cuma ngasih satu bintang?
1. Terlalu banyak footnotes yang sebenarnya tidak perlu
Saya tidak suka footnotes. Bagi saya, membaca sesuatu yang tidak ditulis secara sistematis (seperti footnotes yang loncat-loncat dari atas ke bawah terus ke atas lagi) itu sangat membingungkan. Memang sih, kadang footnotes itu perlu. Atau kalau footnotes-nya kocak seperti yang di Bartimaeus Trilogy sih, saya suka-suka aja. Tapi, kalau footnotes-nya banyak berisi hal-hal yang nggak penting? Misalnya 'forecast cuaca'. Apa perlu dikasih footnotes? Kalau takut orang tidak mengerti dengan istilah forecast, kan bisa diganti dengan kata 'prakiraan'. Much simpler.
2. Boros kata
Menulis novel fiksi memang tidak sama dengan menulis laporan hasil riset. Tapi, saya bukan orang yang sabar membaca deskripsi sesuatu yang sebetulnya tidak perlu dideskripsikan. The more concise and brief, the better. Just like writing a report. Demi keindahan, memang kadang kita 'perlu' boros kata, tapi coba baca paragraf pertama chapter pertama. "Semua molekul cat berpigmen hijau berikatan satu sama lain untuk menutup rapat seluruh permukaan dinding kamar." Astaga. Tinggal bilang aja "dinding kamar itu bercat hijau." Lebih hemat.
3. Gaya bahasa yang... ehm...
Ini sebenarnya masalah selera. Teman saya suka dengan gaya bahasa seperti ini. Tapi, kalau buat saya sendiri... well, that's not exactly my taste. Buat saya, untuk novel sci-fi seperti ini, gaya bahasa yang terlalu puitis seperti itu rasanya kurang cocok. I'm just saying...
4. Nonsensical stuffs
Memang ke Antartika bisa dadakan gitu?
5. Inkonsistensi
Di halaman 185, Sharma bilang pada Joda, "Sepanjang perjalanan dari Bandung hingga ke Punta Arenas pun, kusaksikan kau sering memandangnya, tersenyum sendiri padanya, sesekali menyaksikan aktivitasnya dari kejauhan." CMIIW because I have a poor memory. Bukannya Joda nggak berangkat bareng mereka dari Bandung, ya? Bukannya Joda nunggu di Punta Arenas? Did I miss something here?
6. Grammatical error and typo
Yes, I am such a grammar nazi. Gemes rasanya kalau melihat kesalahan dalam tata bahasa atau cara menulis kalimat. Contoh, angka tidak boleh ditaruh di awal kalimat. Kita bisa mengganti kalimat itu atau menulis angka dalam huruf saja. Misal, "...sekedar memperlambat laju. 38 menit lagi." (p. 271) Seharusnya, angka itu ditulis pake huruf, atau kalau angka itu lebih dari dua kata, ganti saja susuan kalimatnya supaya tidak ada angka di awal kalimat. Ada juga beberapa salah ketik, kayak huruf besar di tengah-tengah kalimat, padahal bukan nama orang atau tempat. Whoever did the typing, please correct the typos in the next edition--if there's any.
7. Waktu
Karena kejadian di buku ini cuma disebutkan tanggal dan bulannya saja, tanpa tahun, saya jadi agak bingung. Ini sebenarnya kejadiannya kapan sih? Di halaman 315, ditampilkan hasil studi Univerity of Toronto tahun 2011 dalam presentasi yang diberikan di konferensi IPCC di Bali, tanggal 22 April. Setahu saya, konferensi IPCC Bali itu tahun 2009, dan itupun di bulan Oktober (CMIIW). Atau mungkin konferensi-konferensi yang disebut di buku ini memang benar-benar fiksi? Possibly.
Yah, ngasih bintang memang gampang. Ngasih kritik juga gampang. Tapi menulis itu sulit. Dan mempublikasikan hasil tulisan itu lebih sulit dan membutuhkan keberanian. Apalagi untuk buku-buku seperti ini yang banyak menyajikan fakta-fakta dan istilah-istilah ilmiah. So, despite everything I said, I definitely appreciate the author.